Budaya dalam arti luas
mencakup persamaan-persamaan yang dimiliki antar ras, bangsa, negara, bahkan
benua. Misalnya suatu adat kebiasaan yang dimiliki orang timur, yang cenderung
konservatif dan kolektif, sangat berbeda dengan adat kebiasaan orang barat,
yang cenderung liberal dan individualis. “Orang timur” dan “Orang barat” ini
tentu saja sangat luas bentangannya. Begitulah luasnya pemahaman akan
pengertian budaya.
Terkadang, di dalam
suatu bangsa melekat sikap dimana mereka merasa bangsa mereka lebih inferior
dibandingkan negara lain. Hal ini sering terlihat di Indonesia, dimana
masyarakatnya menganggap para bule lebih berpendidikan, lebih canggih, lebih
maju dan lebih segala-galanya. Akibatnya, Indonesia menjadi susah bersaing di
dunia internasional karena sifat masyarakatnya yang sudah kalah sebelum
berperang.
Ada juga stigma negatif
di benak masyarakat, ketika mereka melihat masyarakat pendatang atau
non-pribumi.
Seperti, susahnya warga Tionghoa untuk berbaur bersama masyarakat,
karena mereka selalu dianggap lebih kaya, pelit dan menutup diri. Padahal tidak
semua etnis Tionghoa bersifat demikian. Tapi, ketika stigma tadi telah berakar
di dalam diri masyarakat, maka mereka akan menolak warga non-pribumi, meskipun
KTP mereka jelas-jelas warga negara indonesia. Hal ini yang seringkali
menimbulkan konfilk di negara ini, karena tidak bisa menghargai perbedaan.
Ada beberapa pendekatan
dalam teori kebudayaan :
1. Intercultural
Communication and Foreign Service Institute
Pendekatan ini
dikembangkan oleh Edwart T. Hall seorang antropolog budaya dimana dia
memperhatikan interaksi tatap muka di antara anggota yang berbeda budayanya dan
juga memperkenalkan pentingnya komunikasi non-verbal dalam komunikasi.
Hall mengatakan bahwa
budaya adalah sebuah proses komunikasi yang terpola, bisa dipelajari dan dapat
dianalisis. Terpola maksudnya adalah sebuah kegiatan yang rutin dilakukan,
sebuah kebiasaan yang tanpa sadar sering langsung dilakukan. Seperti gerak
refleks. Pola-pola ini kemudian dipelajari dan dianalisis untuk meneliti sebuah
budaya. Sesuatu disebut budaya, jika ia diwariskan secara turun-temurun dan
tetap terjaga eksistensinya.
2. Cultural Studies
Orientations
Pendekatan ini fokus
kepada hubungan antara percakapan, kekuatan dan ideologis. Sistem percakapan
mengacu kepada apa yang dibicarakan, aturan mengenai apa yang boleh dilakukan
atau tidak, siapa yang boleh berbicara, apa saja bahan obrolan yang boleh
diucapkan.
Stuart Hall mengatakan
bahwa budaya itu adalah suatu sistem percakapan yang sedang diadu. Dengan kata
lain, beberapa budaya akan dijumpai lebih sering dan lebih bernilai daripada
budaya lain. Budaya juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses komunikasi
yang kompleks dalam suatu sistem dimana ideologi dan status dinegosiasikan.
3. Etnography of
Communication
Dikembangkan oleh Dell
Hymes, seorang antropolog budaya yang mengatakan bahwa budaya berbicara dan
berperilaku, dimana simbol, makna, pendapat dan aturannya terpola dan
diwariskan turun temurun untuk menjaga eksistensinya. Pendapatnya Hymes memang
agak mirip dengan yang dikemukakan oleh Edward T. Hall.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar