Ikut Mencoret di...

Promosi

Kamis, 08 Januari 2015

Pengertian dan Teori Kebudayaan

Budaya dalam arti luas mencakup persamaan-persamaan yang dimiliki antar ras, bangsa, negara, bahkan benua. Misalnya suatu adat kebiasaan yang dimiliki orang timur, yang cenderung konservatif dan kolektif, sangat berbeda dengan adat kebiasaan orang barat, yang cenderung liberal dan individualis. “Orang timur” dan “Orang barat” ini tentu saja sangat luas bentangannya. Begitulah luasnya pemahaman akan pengertian budaya.

Terkadang, di dalam suatu bangsa melekat sikap dimana mereka merasa bangsa mereka lebih inferior dibandingkan negara lain. Hal ini sering terlihat di Indonesia, dimana masyarakatnya menganggap para bule lebih berpendidikan, lebih canggih, lebih maju dan lebih segala-galanya. Akibatnya, Indonesia menjadi susah bersaing di dunia internasional karena sifat masyarakatnya yang sudah kalah sebelum berperang.
Ada juga stigma negatif di benak masyarakat, ketika mereka melihat masyarakat pendatang atau non-pribumi. 

Seperti, susahnya warga Tionghoa untuk berbaur bersama masyarakat, karena mereka selalu dianggap lebih kaya, pelit dan menutup diri. Padahal tidak semua etnis Tionghoa bersifat demikian. Tapi, ketika stigma tadi telah berakar di dalam diri masyarakat, maka mereka akan menolak warga non-pribumi, meskipun KTP mereka jelas-jelas warga negara indonesia. Hal ini yang seringkali menimbulkan konfilk di negara ini, karena tidak bisa menghargai perbedaan.

Ada beberapa pendekatan dalam teori kebudayaan :

1. Intercultural Communication and Foreign Service Institute
Pendekatan ini dikembangkan oleh Edwart T. Hall seorang antropolog budaya dimana dia memperhatikan interaksi tatap muka di antara anggota yang berbeda budayanya dan juga memperkenalkan pentingnya komunikasi non-verbal dalam komunikasi.
Hall mengatakan bahwa budaya adalah sebuah proses komunikasi yang terpola, bisa dipelajari dan dapat dianalisis. Terpola maksudnya adalah sebuah kegiatan yang rutin dilakukan, sebuah kebiasaan yang tanpa sadar sering langsung dilakukan. Seperti gerak refleks. Pola-pola ini kemudian dipelajari dan dianalisis untuk meneliti sebuah budaya. Sesuatu disebut budaya, jika ia diwariskan secara turun-temurun dan tetap terjaga eksistensinya.

2. Cultural Studies Orientations
Pendekatan ini fokus kepada hubungan antara percakapan, kekuatan dan ideologis. Sistem percakapan mengacu kepada apa yang dibicarakan, aturan mengenai apa yang boleh dilakukan atau tidak, siapa yang boleh berbicara, apa saja bahan obrolan yang boleh diucapkan.

Stuart Hall mengatakan bahwa budaya itu adalah suatu sistem percakapan yang sedang diadu. Dengan kata lain, beberapa budaya akan dijumpai lebih sering dan lebih bernilai daripada budaya lain. Budaya juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses komunikasi yang kompleks dalam suatu sistem dimana ideologi dan status dinegosiasikan.

3. Etnography of Communication

Dikembangkan oleh Dell Hymes, seorang antropolog budaya yang mengatakan bahwa budaya berbicara dan berperilaku, dimana simbol, makna, pendapat dan aturannya terpola dan diwariskan turun temurun untuk menjaga eksistensinya. Pendapatnya Hymes memang agak mirip dengan yang dikemukakan oleh Edward T. Hall.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar