Teori komunikasi
religius menjelaskan bahwa arti hidup seseorang berasal dari kepercayaan
tradisional melalui kitab suci, doktrin dan pengalaman dalam kelompok agama.
Religius berarti suatu keterikatan bersama, sedangkan komunikasi adalah
pemaknaan atas simbol melalui pikiran dan perasaan. Jadi, pengertian komunikasi
religius adalah suatu proses untuk menyelaraskan manusia yang telah terpisah
dari roh alami mereka baik itu terhadap sesama maupun kepada Tuhan.
Tujuan komunikasi
religius adalah :
1. Percaya kepada
Tuhan.
2. Menerapkan tindakan
moral yang sesuai karena sudah mempercayai Tuhan.
3. Menanamkan kesadaran
dan identitas religius.
Religius sebenarnya
berbeda dengan agama. Religius mempunyai pengertian yang lebih luas daripada
agama. Agama hanyalah suatu kepercayaan yang diakui oleh negara dan sah secara
hukum. Di luar daripada itu, bukan agama namanya. Religius lebih menekankan
kepada kepercayaan, baik yang diakui negara maupun yang hanya dikenal oleh
suatu masyarakat. Kepercayaan yang bisa saja tidak memiliki nabi maupun kitab
suci.
Teori komunikasi
religius terbagi atas :
1. Tradisi Khotbah
Tradisi ini diajarkan
kepada para pemuka agama supaya mereka mengetahui cara membangun suatu hubungan
dengan jemaatnya melalui khotbah. Biasanya mereka menggunakan cara persuasif
untuk menarik minat jemaat. Tradisi ini meliputi pengajaran tentang cara
berkhotbah, gaya berbicara, cara berpakaian, cara menafsirkan kitab suci, dll.
Pesan-pesan agama
ditafsirkan dalam tiga tingkatan. Pertama adalah menyajikan ide, gagasan
khotbah sebagai suatu khotbah. Bahwa kejadian yang diceritakannya pernah
terjadi di suatu masa. Kedua adalah menuntun jemaat agar memiliki kelakuan yang
lebih bermoral. Dan yang terakhir adalah membaca kitab suci dengan rutin dan
memahami maknanya, agar jemaat semakin beriman.
2. Tradisi Psikologis
Para pemuka agama
memanfaatkan kondisi jiwa jemaat untuk memasukkan doktrin-doktrin mereka.
Mereka menyerukan bahwa segala kejahatan berasal dari Iblis dan hanya Tuhanlah
yang patut memerintah di dunia dan di surga. Menggunakan berbagai macam efek
musik yang mendayu-dayu dan kadang menghentak, dengan teriakan-teriakan yang
lantang. Berusaha untuk menggoncang nyali jemaat.
Mereka terkadang
melakukan aksi teatrikal, dimana seorang atau beberapa jemaat dipersilahkan ke
panggung. Lalu, mereka mulai “menyerang” dengan mengatakan betapa jemaat itu
sangat berdosa, bahwa dia sebenarnya tidak layak di dunia ini. Oleh karena itu,
dia harus mau menerima Tuhan dalam hidupnya dan merubah segala tingkah lakunya.
Kalau ada jemaat yang
akhirnya menerima Tuhan dengan menangis tersedu-sedu, penuh penyesalan atas
dosanya, dia kemudian didaulat untuk berbicara di mimbar. Memberi kesaksian
akan perubahan hidup yang dialaminya. Sehingga, masyarakat pun mempercayai
kepercayaan atau agama tersebut.
3. Tradisi Media
Prinsipnya adalah,
media menggunakan seorang pemuka agama yang dianggap mampu menarik perhatian
pemirsa, memiliki kharisma, dan dapat digunakan sebagai ikon agama. Dengan
adanya ikon ini, diharapkan dapat menjadi role-model
kepada masyarakat, menjadi suatu panutan cara hidup yang baik. Sehingga nama
baik agama atau kepercayaan tersebut akan naik juga.
Efek negatifnya adalah,
ketika ikon ini melakukan suatu tindakan yang dianggap menyimpang secara agama,
maka masyarakat akan mencacinya, kepercayaan masyarakat menjadi luntur, dan
agama yang dianutnya juga akan terkena imbas. Meskipun nanti publik melupakan
masalah tersebut, akan sulit bagi ikon tersebut untuk populer kembali dan
mendapat simpati masyarakat.
terimakasih pembahasannya, sangat menarik sekali..
BalasHapus