Komunikasi adalah hal
yang sangat penting di dalam keluarga, karena dari keluargalah, kehidupan
sosial itu dimulai. Kegiatan komunikasi yang intens di dalam keluarga bisa
membuat keterikatan di antara anggota keluarga. Bisa membuat mereka saling
memiliki dan melindungi satu sama lain. Komunikasi juga menjadi jembatan dalam
proses adaptasi jika ada anggota yang baru bergabung ke dalam suatu keluarga.
Tidak bisa dipungkiri,
di dalam keluarga kita pasti lebih dekat kepada salah seorang anggota keluarga.
Dimana kita bisa menceritakan banyak hal kepadanya, tanpa merasa takut cerita
itu akan disebarkan ke orang lain. Hal ini mungkin dikarenakan, orang itu enak
diajak ngobrol, nyambung, dan membuat kita nyaman mengungkapkan segala rahasia.
Inilah yang disebut kohesi, yaitu ikatan yang lebih dekat kepada seorang atau
beberapa anggota keluarga.
Komunikasi yang terjadi
di dalam keluarga terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Conversation Orientation
Ini adalah jenis
komunikasi, di mana di dalam keluarga tersebut lebih mengutamakan pembicaraan
dua arah, orangtua dan anak. Keluarga jenis ini menganut sistem demokrasi, di
mana setiap anggota keluarga mempunyai hak untuk berbicara dan hak untuk
didengarkan. Tidak ada pemaksaan kehendak. Keluarga ini membicarakan berbagai
hal secara bebas dan terbuka tapi tetap sesuai kesopanan. Komunikasi jenis ini
biasanya membuat anak lebih enjoy
untuk curhat kepada orangtuanya, karena sudah dianggap sahabat.
2. Conformity Orientation
Ini adalah jenis
komunikasi, di mana orangtua cenderung mendikte dan memaksakan kehendaknya
kepada anak, tanpa mempedulikan pendapat atau perasaan anak. Komunikasi ini
cenderung otoriter, hanya bersifat satu arah, dari orangtua ke anak. Hal ini
dapat mengakibatkan hubungan yang renggang antara anak dan orangtua. Anak juga
takut untuk berbicara dan mengutarakan pendapatnya kepada orangtua. Komunikasi
menjadi tidak berjalan secara efektif.
Berdasarkan dua jenis
komunikasi ini, maka keluarga terdiri dari empat jenis, yaitu :
a. Consensual Families
Ini adalah tipe keluarga
di mana tingkat penggunaan Conversation
Orientation dan Conformity
Orientation sama-sama tinggi. Keluarga jenis ini mengutamakan komunikasi
yang baik antara orangtua dan anak, namun anak tetap harus menaati jika
keluarga telah melarang suatu hal untuk dilakukan.
b. Pluralistic Families
Ini adalah tipe
keluarga di mana tingkat penggunaan Conversation
Orientation lebih tinggi daripada Conformity
Orientation. Keluarga jenis ini sangat menghargai perbedaan pendapat di
antara anggota keluarga. Orangtua menjelaskan segala hal yang perlu anak tau
mengenai kehidupan dunia, dan membiarkan mereka memilih jalan yang menurut
mereka terbaik. Anak diajarkan untuk mandiri dan menanggung konsekuensi dari
setiap keputusan yang mereka buat.
c. Protective Families
Ini adalah tipe
keluarga di mana tingkat penggunaan Conversation
Orientation lebih rendah daripada Conformity
Orientation. Orangtua cenderung mengatur segala hal yang berkaitan dengan
kebutuhan anak, tanpa bertanya apakah si anak suka atau tidak. Orangtua ingin
agar anak mengikuti segala perintah mereka tanpa banyak cingcong. Kalau
dibilang A, ya A. Tidak bisa ditawar-tawar menjadi C. Akibatnya, anak menjadi
tidak percaya diri dalam setiap pengambilian keputusan untuk dirinya, dan ikut
saja apa yang menurut orangtuanya benar. Biasanya kalimat andalan orangtua pada
tipe ini adalah “Orangtua selalu ingin yang terbaik untuk anaknya.”
d. Laissez-Faire Families
Ini adalah tipe
keluarga di mana tingkat penggunaan Conversation
Orientation dan Conformity
Orientation sama-sama rendah. Tingkat interaksi antara orangtua dan anak
rendah. Anggota keluarga saling terpisah secara emosional. Mereka merasa asing
di lingkungan keluarga mereka sendiri. Karena anak tidak mendapat arahan dari
orangtua, maka anak pun memutuskan untuk dirinya sendiri. Di mana pengambilan
keputusan ini biasanya berdasarkan lingkungan pergaulannya atau media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar